no regret

sering kuberpikir bahwa pekerjaan ini tidak terlalu tepat buatku.
cita-cita kecilku pengen jadi dokter. (tapi aku ragu itu bener-bener dari hatiku)
menanjak SMP, dreamless. tak ada keinginan spesifik mengenainya.
SMA, mulai sadar akan realita bahwa antara mimpi dan kemampuan kian bertolak belakang.
kemudian muncullah pramugari dan psikolog.
didasari oleh mimpi keliling dunia, bertemu banyak karakter juga menolong dan melayani orang.
tapi dua-duanya terhempas begitu saja. tak satupun yang terjadi. banyak hal menghalang.
dalam pada ini masku banyak berperan.

ah, sudahlah.
di masa galau tersebut kuterima himbauan bapak untuk jadi pendidik.
emang sih, itu profesi ideal buat perempuan.
awalnya kuberusaha menyenanginya.
dalam perjalanan, kutemukan sebuah persahabatan luar biasa dengan teman-teman 98 saat pendidikan.
bonusnya, kutemukan juga sang belahan jiwa.
(indikasinya, jika saling berjauhan satu sama lain, jiwa akan terasa hampa. halah!)

namun kini selepas sewindu aku mengarungi tugas mulia ini, datang lagi satu keraguan.
apakah ini murni jalanku?

terbersit untuk jadi disainer, penulis dan kru kapal pesiar.
(haha, yang terakhir sangat ditertawakan oleh suami tercinta..)

ya Allah,
kufur nikmat jika kami ingkari setiap bongkah permata kebahagiaan ini.
bersama suami yang sabar, setia dan pengertian;
bersama anak-anak yang lucu, cerdas, menarik dan menyenangkan;
surrounded by a healthy and supporting family and friends;
juga sebuah hunian yang amat layak huni;
banyak dan banyak lagi..

apa yang kau lewatkan,fu?
tidak ada!